Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 26 Januari 2011

7 Tips Mengelola Kebosanan di Tempat Kerja

by Freddy W. Liong, MBA

Salah satu pembunuh produktivitas karyawan di tempat kerja adalah kebosanan. Kebosanan yang berlarut-larut pada akhirnya akan merugikan si pemimpin dan perusahaan itu sendiri. Dibawah ini ada beberapa tips praktis bagi Leader dalam mengelola kebosanan karyawannya.

1. Morning Power
Lakukan di setiap pagi hari dengan bawahan langsung Anda. Morning power bertujuan untuk energizing team Anda. Lakukan maksimal 10 menit dengan menekankan pada komunikasi 2 arah. Dianjurkan untuk melakukannya secara informal, tidak duduk di kursi, tetapi sambil berdiri, sehingga tidak menimbulkan kesan tegang atau terlalu resmi. Saat ini bisa jadi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan yang tidak bisa diatasi karyawan, membangun komunikai dua arah dan menjelaskan prioritas kerja di hari atau minggu ini.

2. Suggestion System
Ciptakan nuansa kerja yang kreatif sehingga tiap karyawan memiliki wadah untuk aktualisasi dirinya. Caranya dengan melalui sistem usulan, wadah tempat para karyawan bisa memberikan ide, aspirasi. Misalnya minta agar tiap karyawan memberikan ide kreatif, membuat suggestioan board atau sistem usulan yang mendapat imbalan.

3. Site-Tour
Secara periodik ajaklah karyawan bagian keuangan untuk mengunjungi departemen produksi untuk memahami tugas-tugas di bagian produksi. Tujuannya selain para karyawan semakin memahami tugas-tugas di departemen lain, kegiatan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kerja sama antar team serta menekankan kejenuhan rutinitas tugas-tugas.

4. Internal Trainer
Beri kesempatan karyawan yang senior yang memiliki masa kerja yang sudah lama untuk berbagi pengalaman kepada para karyawan yang relatif masih muda dan baru. Beri dia kehormatan untuk menjadi internal trainer. Umumkan di newsletter perusahaan tentang penunjukan ini. Hal ini akan membuat karyawan yang bersangkutan merasa dihargai oleh perusahaan, dan membuat mereka antusias kembali. Apabila si karyawan yang ditunjuk tidak menguasai cara-cara memberikan latihan kepada karyawan, maka ia bisa diberikan pelatihan khusus "Training For The Trainer"

5. Kontes Produktivitas
Rangsang karyawan untuk berlomba-lomba berkreasi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Lombakan secara periodik dan beri reward dalam forum resmi perusahaan. Selain akan membawa rasa bangga, si karyawan juga akan tertantang untuk berprestasi terus. Contoh kontes produktifitas antara lain : Cost Saving Contest, Kontes mengurangi tingkat defect   produksi, dan lainnya.

6. Musik
Bila memungkinkan, putar musik-musik instrumen dilingkungan kerja. Musik instrumen bermanfaat untuk mengaktifkan otak kanan ( imajinasi & kreativitas ). Musik juga berfungsi untuk relaksasi otak dari rutinitas dan kebosanan. Jangan sampai salah pilih musik yang akan diputar, yang terbaik adalah musik tanpa narasi.

7. Motivational Session
Jadwalkan pemberi motivasi secara korporat setiap minggunya. Misalnya dilakukan setiap hari Rabu jam 8 pagi selama 30 menit. Isi sesi ini dengan berbagai kegiatan yang intinya adalah membangkitkan semangat kerja, contohnya dengan menonton film motivasi yang berdurasi 10 menit, diskusi kelompok.

Pemimpin Seperti Apa Anda?

Ada seorang pemilik kuda yang memiliki 10 ekor kuda. Tugas-tugas kuda-kuda tersebut adalah membantu si pemilik mengangkut karung-karung hasil pertaniannya pergi ke pasar yang berjarak 70 km dari tanah pertanian. Setiap hari setiap kuda harus mengangkut 50 kg beban di atas punggungnya dan berjalan menempuh jarak 70 km tersebut.

Untuk memastikan kuda-kuda tersebut mampu mengangkut beban sebanyak 50 kg, si pemilik kuda harus merawat setiap kuda dengan baik. Ia harus memastikan kuda sudah mendapatkan makanan terbaik, vitamin yang tepat. Secara berkala tiap kuda harus dimandikan, diberi kesempatan untuk bermain-main. Di waktu-waktu tertentu, si kuda akan diajak berkomunikasi & dibelai-belai. Dan yang tidak kalah pentingnya, kuda-kuda ini juga harus dilatih agar mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik.
Apa tujuan si pemilik kuda merawat kuda-kuda sedemikian rincinya? Kenapa ia harus tekun menjalankan proses merawat kudanya setiap hari? Padahal ia bisa saja hanya memberi makan dan menggunakan kuda-kuda itu sebagai pengangkut karung setiap harinya.

Jawabannya sudah jelas, bila si kuda sehat dan terampil, maka si kuda bisa mengangkut beban kerja dari si pemilik. Bila si kuda sakit-sakitan, maka si pemilik harus mengangkut sendiri si kuda. Dan si pemilik sekarang berubah fungsi menjadi kuda !

Ilustrasi di atas identik dengan situasi nyata kerja di dalam perusahaan. Misalnya, seorang Sales Supervisor yang dibebankan target menjual sebesar Rp. 500 juta perbulan dan dipercayakan untuk memiliki 10 orang salesman ( anak buah ). Apabila dibagi rata, maka beban seorang salesman menjadi Rp.50 juta perbulan. Bila diibaratkan para salesman adalah kuda ( untuk mempermudah penjelasan saja ), maka setiap kuda akan menanggung beban Rp.50 juta.

Apa yang menjadi tugas seorang Sales Supervisor agar supaya setiap salesman bisa berhasil mencapai Rp.50 juta setiap bulan? Seperti si pemilik kuda dalam ilustrasi diatas, Sales Supervisor seharusnya mengembangkan, memberdayakan, komunikasi, melatih dan memotivasi para salesmannya. Apa akibatnya bila Sales Supervisor tidak lakukan hal tersebut? Maka dia harus terjun ke lapangan untuk jualan, untuk menutupi kekurangan dari para salesmannya. Berarti si Sales Supervisor akan mengambil alih beban salesmannya.

Dengan kata lain si Sales Supervisor berfungsi menjadi "kuda", dan dia disebut sebagai pemimpin "cap kuda". Fungsi Sales Supervisor seharusnya sebagai pengelola kuda, bukan menjadi kudanya. Situasi seperti ini sering dijumpai di dunia kerja yang nyata, banyak pemimpin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seorang pemimpin.

Mengapa banyak Leader yang tidak mau mengembangkan anak buahnya? Mengapa banyak Leader yang lebih senang mengambil beban kerja anak buahnya ketimbang disuruh melatih dan memotivasi bawahannya? Mengapa banyak Leader yang berfungsi sebagai "kuda" dan bukannya jadi "pengelola kuda" yang baik? Ada beberapa alasan yaitu :

a. Paradigma "Kalau anak buah saya pintar, nanti posisi saya terancam" "Kalau saya didik mereka, mereka jadi pintar, dan nanti saya disaingi oleh mereka, bahkan bisa saja terjadi mereka nanti yang dipromosi. Dengan kata lain, dari pada mereka jadi pintar nantinya, lebih baik saya lakukan "proses pembodohan" pada mereka."
Ini adalah paradigma feodal, paradigma yang lebih suka melihat orang lain "tetap bodoh". "Dari pada saya tersaingi, lebih saya baik saya jadi kuda saja" adalah pola pikir yang sempit. Pola pikir seperti inilah dan kualitas "kuda" lah yang membuat karirnya tidak pernah akan naik.
"Kan, yang penting targetnya tercapai." Kilah seperti ini tidak salah, target memang tercapai, tetapi siapa yang melakukan? Si pengelola kuda atau kuda-kudanya? Seorang pemimpin yang berhasil, adalah seorang pemimpin yang bisa membuat para anak buahnya menjadi terampil dalam melaksanakan tugasnya.

b. Pemimpin Model Rambo Ciri-ciri pemimpin model Rambo adalah :
# Ingin mengerjakan segala sesuatu sendirian.
# Memiliki kepuasan yang tinggi bila bisa melakukan semuanya sendiri dengan sempurna.
# Tidak mudah percaya kepada orang lain.
# Tidak mau menanggung resiko kalau hail pekerjaan anak buahnya tidak memuaskan. ( Ini adalah tipe pemimpin yang "mereknya memang "Leader", tapi kualitasnya adalah kualitas kuda ­ kualitas seorang pelaksana )
# Tidak mudah menerima sudut pandang orang lain
Seorang pemimpin Rambo adalah seorang Leader yang tidak mau membimbing "kuda-kudanya", karena faktor-faktor diatas. Ia cenderung menjadi seorang single fighter, walaupun perusahaan sudah mempercayakan "kuda-kuda" dalam team nya. Tipe pemimpin seperti ini adalah tipe pemimpin yang sulit untuk bekerja dalam team.

c. Pemimpin Model KurirGaya kepemimpinan kurir adalah gaya memimpin dengan meneruskan sebuah tugas yang didapatkan kepada bawahannya tanpa menganalisa kemampuan anak buahnya tersebut.
Contohnya, seorang General Manager berikan tugas kepada Manager. Manager mendelegasikan tugas tersebut kepada Supervisor tanpa mengetahui kemampuan dan kesulitan yang mungkin dimiliki Supervisor. Supervisor,mengikuti teladan si Manager, meneruskan tugas tersebut kepada anak buahnya dengan cara yang sama, yaitu tanpa analisa lebih dahulu tentang kemampuan anak buahnya.
Karena bawahan tidak mengerti & tidak mampu, maka tugas tersebut didelegasi ulang ke si Supervisor. Supervisor juga tidak mampu melanjutkan tugas tersebut, dan akhirnya dimuntahkan kembali kepada Manager. Dan karena Manager merasa harus bertanggung jawab, akhirnya dia harus turun langsung mengerjakan perkerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan pekerjanya. Siklus ini terjadi terus menerus dan berulang terus menerus. Ternyata Manager lebih suka bersusah payah mengerjakan pekerjaan orang lain dan menjalankan fungsi kepemimpinan hanya sebatas kurir.

d. "Work Hard Only" vs "Work Hard + Work Smart" Penjelasan dan contoh-contoh diatas merupakan bukti-bukti yang jelas bahwa banyak pemimpin yang lebih senang kerja keras saja, yaitu lebih senang memposisikan diri jadi kuda serta mengerjakan tugas-tugas yang tidak sanggup diselesaikan oleh bawahannya.
Pemimpin yang cerdas tidak pernah akan mau menjadi "kuda", karena kelasnya mereka adalah Leader, "Si Pengelola Kuda-Kuda". Pemimpin yang cerdas tahu persis bahwa tugas mereka adalah mengembangkan dan memberdayakan anggota team sedemikian rupa agar mereka sanggup melaksanakan porsi tugas mereka secara mandiri.
Pemimpin yang cerdas akan memfokuskan dirinya menjalankan fungsi-fungsi Leadership - Management - Communication terhadap seluruh anggota teamnya. Tujuannya adalah apabila anggotanya sehat dan terampil, maka beban serta target si pemimpin akan sanggup dijalankan oleh para anggota teamnya.
Pemimpin yang cerdas akan fokus pada hal-hal yang strategik untuk membangun masa depan untuk teamnya, dan membuka jalan bagi anggota teamnya untuk berjalan ke tujuan. Hal ini baru bisa dilaksanakan apabila tugas-tugas dan beban-beban yang menjadi porsi bawahannya bisa ditanggung oleh mereka dengan efektif.

Apabila Anda ingin didukung oleh anak buah Anda, dukung mereka terlebih dahulu. Bila Anda ingin dibantu oleh anak buah, bantu mereka dulu. Prinsip didalam kepemimpinan adalah "Perlakukan orang lain, sebagaimana saya ingin diperlakukan"


Dos and Don'ts of Salary Negotiation

Banyak orang yang bingung bagaimana cara yang benar dalam meminta kenaikan gaji pada atasan. Apa saja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan? Berikut ini adalah Do and Don’t didalam meminta kenaikan gaji pada perusahaan.

DONT - Jangan bandingkan gaji Anda dengar sahabat yang bekerja di bidang dan jenis industri yang berbeda dengan Anda. Hal ini akan membuat Anda semakin iri dan semakin resah dengan apa yang Anda terima sekarang. Pada umumnya, lain bidang, lain industri akan memiliki tarif gaji yang berbeda-beda.

DO - Lakukan survey tingkat gaji di bidang Anda pada industri yang sama. Misalnya posisi Anda adalah supervisor di pabrik pembuatan packaging. Maka carilah informasi mengenai gaji karyawan tingkat supervisor yang juga di industri pembuatan packaging. Kontak teman-teman Anda di bidang yang sama di area yang sama juga. Jangan lupa, setiap regional memiliki standar gaji yang berlainan. Oleh karena, bila Anda bekerja di daerah Jember, jangan bandingkan dengan gaji orang yang bekerja di Semarang.

DO - Pertimbangkan seberapa tinggi kualitas kerja Anda. Orang yang memiliki kualitas kerja yang diatas rata-rata, biasanya tidak akan terlalu sulit untuk mendapat jawaban positif, saat meminta kenaikan gaji. Namun apabila kualitas kerja Anda standar, biasa-biasa saja dan bahkan pasaran ( artinya kualitas seperti ini mudah dijumpai dimana-mana ), maka jangan harap permohonan Anda bisa dikabulkan. Apalagi bagi yang kualitas kerjanya rendah.

DONT - Jangan bicarakan berapa uang yang Anda perlukan didalam negosiasi. Ketika Anda bernegosiasi dengan atasan, jangan pernah ungkapkan bahwa Anda perlu uang yang lebih banyak untuk anak sekolah, renovasi rumah, bayar hutang, dan segala tetek bengek lainnya. Manajemen tidak akan peduli dengan apa yang Anda perlukan, hanya pada apa yang bisa Anda jual lebih untuk mendapat lebih banyak.

DO - Bahas ”kontribusi apa lagi” yang bisa Anda jual pada perusahaan. Saat Anda mengajukan permohonan kenaikan gaji, bahaslah prestasi-prestasi yang telah Anda lakukan, serta hal-hal besar lain yang akan Anda lakukan. Presentasikan dengan meyakinkan, tantangan-tantangan yang Anda siap lakukan dikemudian hari. Misalnya, ”Pak, saya mengajukan diri untuk ambil tanggung jawab dalam proyek baru yang yang akan saya usulkan. Proyek in saya yakin pasti akan menguntungkan perusahaan. Apabila saya bisa buktikan saya mampu, bersediakah Bapak adjust salary saya?” Perusahaan tidak akan peduli berapa besar kebutuhan uang yang Anda perlukan, tetapi perusahaan peduli seberapa besar kualitas dan kontribusi yang bisa Anda sumbangkan pada perusahaan.

DONT - Jangan mengemis atau mengiba-iba. Didalam bernegosiasi gaji, jangan pakai jurus pengemis yang mengiba-iba. Perusahaan tidak akan tertarik dengan orang yang bermental pengemis. Dalam bernegosiasi, jangan pernah mengatas namakan anak sakit, Ibu sedang sakit-sakitan, sedang terlilit hutang atau alasan lainnya.

DO - Siapkan segala bukti yang menunjang bahwa Anda layak untuk dapat kenaikan gaji. Bila Anda mengatakan bahwa Anda layak dapat gaji yang lebih tinggi karena Anda sudah berprestasi, buktikan hal itu. Bawa catatan dan fakta lain yang akan meyakinkan atasan bahwa Anda memang diatas standar.

DONT – Jangan pernah ”menjual” masa kerja sebagai senjata naik gaji. Ingat, tidak peduli Anda sudah kerja 30 tahun atau 20 tahun atau 3 tahun, apabila Anda belum menunjukan kualitas kerja diatas rata-rata, perusahaan tidak akan peduli denagn permohonan Anda. Masalahnya, bukan berapa lama Anda sudah bekerja, tetapi sudah seberapa banyak Anda sudah memberi keuntungan kepada perusahaan.

DO - Siapkan skenario positif bila permohonan Anda ditolak. Sebelum Anda pergi menghadap atasan untuk permohonan kenaikan gaji, pikirkan terlebih dahulu beberapa hal dibawah ini :
  1. Apa yang akan anda lakukan bila ia menolak mentah-mentah permohonan Anda ? apakah Anda akan ”ngotot” meminta walau dengan argumen sekalipun? Atau Anda bersedia untuk menunggu bicarakan kembali pada waktu kali lain pada saat yang lebih tepat?
  2. Apa yang Anda akan lakukan bila ia menjawab bahwa kualitas kerja Anda masih dibawah standar atau biasa-biasa saja? Apakah Anda akan menolak baik-baik dengan cara halus atau cara dengan anda protes? Atau Anda akan minta masukan lebih jauh, dalam hal apa saja Anda harus memperbaiki kualitas kerja Anda?

    Enam Sikap Kerja Yang Tidak Disukai Atasan Pada Umumnya

    1. Kalau melakukan kesalahan, tidak cepat-cepat lapor ke atasan.
      Alasannya biasanya cukup klasik, yaitu takut dimarahi oleh Boss. Cepat lambat pasti ketahuan juga dan akan dimarahi oleh atasan, maka sebaiknya, bertindak secara jujur dan gentle, dan jelaskan kesalahan Anda apa adanya. Semakin jujur dan cepat mengakui, semakin baik !
    2. Menolak tugas-tugas tambahan dari atasan
      Kadangkala, atasan akan menguji, sejauh mana Anda memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Sejauh mana kesiapan Anda bersedia menolong beban kerja atasan. Sejauh mana juga, Anda siap berkorban demi kesuksesan bagian yang dipimpin oleh atasan. Semakin Anda menunjukkan dukungan, semakin Anda akan dapat nilai plus dari atasan
    3. Terlalu diam atau terlalu cerewet
      Pada umumnya atasan tidak terlalu suka terhadap karyawan yang terlalu diam, pasif, kurang inisiatif, takut salah mengutarakan pendapat, baru bicara kalau ditanya, dan kurang proaktif. Namun ekstrem selanjutnya, kebanyakan atasan juga tidak suka kepada jenis karyawan yang banyak bicara tetapi tidak berprestasi, terlalu banyak kritik tetapi tidak punya “way-out”, terlalu banyak mengeluh tetapi tidak memiliki solusi, tukang gosip, terlalu banyak bercanda dan kurang mendengarkan orang lain.
    4. Yang ingin menonjolkan diri sendiri
      Jenis karyawan seperti ini biasanya selalu memanfaatkan berbagai situasi untuk terlihat “lebih” dihadapan atasan ( lebih pandai, lebih menonjol, lebih menarik perhatian, dsb ). Biasanya karyawan tipe ini selain akan dijauhi oleh para rekan kerjanya, juga akan membuat si Boss tarik nafas melihat ulah ”lebay”nya
    5. Tipe orang yang bila diberi tugas, “ngak ngerti-ngerti aja”
      Orang seperti ini akan bolak balik tanya pada si atasan tentang tugas yang harus dijalankan. Selain menyita waktu atasan, perilaku ini akan sangat menjengkelkan, karena si karyawan terlihat tidak siap untuk tugas-tugasnya
    6. Tipe karyawan yang bila ditanya, tidak siap menjawab
      Yang terakhir, adalah tipe karyawan yang kalau ditanya berbagai tentag tugasnya sering menjawab,”Wah, ada dibuku catatan saya Pak. Catatannya ada dimeja kerja,...ketinggalan dirumah,....kehapus karena virus komputer....,dll” Intinya, kalau ditanya data tertentu, selalu tidak bisa jawab dengan cepat.
    Bila Anda ingin berprestasi, perhatikan faktor-faktor diatas, dan selalu berlatih agar Anda tidak terjebak dengan perilaku yang akan merugikan karir Anda.


    Freddy Liong, MBA, CBA - Success@Work book writer & Coach

    7 Kesalahan seorang Leader yang harus dihindari

     
    Berikut ini adalah berbagai kesalahan seorang Leader yang sering terjadi ditempat kerja. Bila Anda adalah seorang Leader, Anda bisa gunakan 7 points ini sebagai check list apakah Anda termasuk kategori dibawah ini.
    1. Bersikap OTORITERPemimpin yang selalu bersikap otoriter cenderung akan dijauhi oleh anak buah dan orang-orang sekelilingnya. Selain melelahkan karena harus menanggung semua beban sendirian, Leader yang otoriter juga tidak akan mendapat dukungan dari orang-orang bila ia mengalami kesulitan.
    2. Tidak menjadi CONTOH
      Leader yang berperilaku buruk,akan melahirkan team work yang bermoral kerja buruk juga. Sikap-sikap kerja Leader yang malas, sering datang terlambat, tidak tepat janji, pemarah, dsb akan mudah menular ke tingkat organisasi yang lebih rendah.
    3. Suka dikelilingi oleh para PENJILATAdalah lebih baik bila ada orang yang berkata apa adanya dan jujur, ketimbang datang seseorang yang selalu memberi kabar yang baik dan memuji-muji Anda. Banyak Leader yang menghancurkan dirinya karena lebih senang dikelilingi oleh orang-orang yang pandai menjilat. Leader seperti ini lebih senang mendengarkan apa yang ia suka dengar, ketimbang mendengarkan apa yang seharusnya ia dengar.
    4. KESOMBONGAN Banyak Leader yang terlalu yakin ( over-confidence ) akan kemampuannya, sehingga tidak mau lagi belajar hal-hal baru, merasa dirinya senior, tidak mau lagi mendengar saran-saran orang lain, merasa dirinya sudah diposisi Manager, jadi seharusnya supervisor yang harus belajar lebih banyak, dsb. Sikap arogansi seperti ini , akan membunuh karir Leader dalam jangka panjang.
    5. Menolak untuk BERUBAHDunia dimana kita tinggal selalu melakukan perubahan secara rutin dan cepat. Bagaimana dengan diri kita semua? Banyak Leader yang menolak melakukan perubahan dengan alasan merepotkan, harus belajar hal-hal baru, tidak punya banyak waktu dan malas. Bila si pemimpinnya saja tidak mau berubah, bagaimana dengan anak buahnya?
    6. Selalu merasa dirinya BENARSelalu merasa dirinya benar, selalu menunjuk orang lain dan menunjuk kondisi tertentu sebagai “biang keladi” suatu kejadian. Leader tipe seperti ini, walaupun sudah melakukan kesalahan, sulit untuk mengatakan “Maaf”. Ia cenderung “defensive” dan memandang pihak lain sebagai penyebabnya, sedangkan ia adalah “Mr.No Problem”
    7. Lambat AMBIL KEPUTUSANSikap lambat ambil keputusan ini terutama disebabkan ketidak beranian menanggung resiko yang mungkin terjadi, atau sikap selalu ragu-ragu dan takut salah, sikap yang mau main aman saja dan lemporkan resiko ini ke pihak lain. Penyebab lainnya adalah si Leader trauma kejadian lalu dimana ia pernah ambil keputusan yang salah, dan ternyata berakibat fatal. Sikap ini akan merugikan team work dan mengganggu kelancaran arus kerja.
    8. Freddy Liong, MBA, CBA - Success@Work book writer & Coach